Kedamaian merupakan prinsip dasar kehidupan dalam Islam. Dalam Islam,
perang adalah jalan terakhir yang mendesak ketika tak ada lagi pilihan
lain. Islam, selain berarti "damai" juga bermakna "pasrah" dan "taat"
pada perintah Allah SWT -- pencipta, penguasa, dan pemilik alam
semesta.
Dalam Islam, perang hadir untuk memulihkan kondisi agar
kembali damai dan tertib. Sehingga, setiap individu dapat menjalankan
keyakinannya dengan bebas, tanpa ketakutan dan pemaksaan. Sebagai
pemimpin umat Islam, Muhammad SAW terpaksa berperang untuk melindungi
umatnya dari para pengacau dan penentang yang menghalangi dirinya dan
para sahabatnya untuk menaati hukum Allah SWT.
Namun, segera
setelah kondisi damai tercapai, semua pertempuran harus dihentikan.
Sebab, kedamaian adalah kaidah dasar kehidupan dalam Islam. Afzalur
Rahman dalam Ensiklopedi Muhammad Sebagai Pemimpin Militer, memaparkan,
ketika semua jalur damai sudah tak mungkin dicapai dan musuh-musuhnya
mulai melakukan operasi militer, Nabi SAW segera menyusun strategi
perang.
Rasulullah SAW memobilisasi seluruh sumber daya, baik
kekuatan pasukan, kematangan strategi perang, maupun dukungan logistik
untuk menggagalkan serangan pasukan musuh. Aksi tersebut dilakukan
dengan tetap memerhatikan strategi agar jumlah korban yang jatuh di
kedua belah pihak dapat ditekan seminimal mungkin.
Dalam banyak
peperangan, Nabi SAW merumuskan strategi militer dengan sangat baik
berdasarkan kemampuannya membaca kondisi geografis serta menghitung
kekuatan, mobilitas, semangat juang, dan titik lemah strategi musuh.
‘’Strategi perangnya diputuskan setelah beliau membuat penilaian
(assessment) terhadap seluruh faktor yang menentukan kesuksesan operasi
militer,’’ papar Afzalur.
Rasulullah SAW juga sangat memerhatikan
pentingnya efek psikologis serangan kejutan. Demikian pula dengan
kerahasiaan gerakan, kecepatan, dan mobilitas kekuatan dalam
pertempuran.
D alam mengorganisasi perolehan informasi tentang
pergerakan dan rencana musuh, beliau mengirim patroli pengintai dan
patroli tempur khusus ke sekeliling area pertempuran dan wilayah-wilayah
strategis lainnya. Pasukan intelijen pun dibentuk untuk mendapatkan
informasi tentang rencana rahasia yang akan dilancarkan musuh.
‘’Nabi
SAW juga membentuk pasukan khusus yang menjalankan tugas-tugas rahasia;
juga unit khusus untuk mengantisipasi berbagai rumor dan penyebaran
informasi serta untuk melakukan gerakan demoralisasi kekuatan musuh,’’
ungkap Afzalur.
Semua unit itu bekerja keras, penuh disiplin,
dan memiliki semangat berkorban yang tinggi demi Islam. Dengan strategi
ini, Nabi SAW mampu menghemat biaya operasi militer sekaligus
meminimalisasi jumlah korban yang jatuh di kedua belah pihak.
Kepemimpinan militer Nabi SAW
Kesuksesan
operasi militer secara alamiah amat bergantung pada kualitas
kepemimpinan panglimanya. Panglima-lah yang bertanggung jawab penuh
dalam mengambil keputusan, memanfaatkan berbagai faktor strategis,
mengatur serangan, menjaga kerahasiaan strategi perang, mengerahkan
seluruh kekuatan, serta mengobarkan dan memelihara semangat juang
pasukannya.
Sebagai seorang pemimpin militer, Muhammad SAW adalah
sosok pemberani. Kendati sering menghadapi marabahaya dan malapetaka
yang bertubi-tubi, beliau tidak pernah menunjukkan kelemahan atau
ketakutan. Rasulullah SAW berperang dalam berbagai pertempuran. Meski
mengalami serangan beruntun, beliau tidak pernah bergerak satu inci pun
meninggalkan tempatnya.
Bahkan, Rasulullah SAW selalu berada
paling dekat dengan barisan musuh ketika pertempuran berkecamuk. Beliau
tetap bertahan dan bertempur di posisinya ketika orang lain mundur
tunggang-langgang. Hal itu tampak jelas pada Perang Uhud dan Hunain.
Berkat keberanian dan ketenangannya situasi pelik dan genting pada dua
perang ini dapat diatasi.
Kemampuan mengontrol diri merupakan
salah satu kunci sukses pertempuran. Dan, Nabi Muhammad SAW dikenal
mampu mengontrol diri dalam segala situasi. Misalnya, pada Perang Uhud,
banyak anggota pasukannya panik ketika musuh melakukan serangan balik
dan mengepung mereka dari berbagai arah.
Bahkan, tidak sedikit
dari pasukannya melarikan diri dari medan pertempuran. Dalam situasi
penuh kebingungan ini, Nabi tetap mampu mengontrol diri. Bahkan dengan
keahliannya, beliau mampu mengubah situasi. Muhammad selalu menunjukkan
perilaku adil dan membenci diskriminasi. Kedua sifat mulia ini ia juga
terapkan kepada pasukannya di medan pertempuran.
Dalam Perang
Badar, Muhammad SAW mengatur barisan pasukannya dengan memegang panah.
Saat mengetahui bahwa Sawad ibnu Ghaziyah berdiri di luar barisan,
Rasulullah menyodok perut Sawad dengan busur panah sambil berkata, "Hai
Sawad, masuklah dalam barisan!". "Engkau menyakitiku, Rasulullah," seru
Sawad, "Allah mengutusmu dengan kebenaran dan keadilan maka biarkan aku
membalas!". Maka Nabi Muhammad menyingsikan bajunya di bagian perut dan
berkata, "Balaslah." Namun, Sawad malah memeluk dan menciumi perut
Muhammad.
Sebagai seorang panglima militer, Nabi SAW juga dikenal
karena sikapnya yang selalu berpegang pada kebenaran. Beliau selalu
menyediakan argumen yang sangat substansial ketika harus berjihad
menghadapi musuhnya. Muhammad SAW selalu memegang tinggi etika
berperang, yakni tak menyakiti dan membunuh anak-anak dan perempuan dari
kalangan musuh, serta tak menembangi pohon demi kelestarian alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar